NEWS
 - Petani cabai di Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang, menemukan terobosan dalam pemasaran: sistem lelang terbuka harian. Dengan mekanisme ini, mereka mendapatkan harga jual lebih tinggi, transparan tanpa tengkulak, dan pencairan dana cepat. Lewat dialog santai tiga tokoh kita—NALA sebagai pembuka, DARTO sebagai analis, dan LALA sebagai suara rakyat—kita kupas tuntas cara unik petani ini raih cuan maksimal.


Dialog Gaya NEWS NYA BANGSA


NALA (Pembuka):
“Halo, Sobat Bangsa! Ada kabar seru dari Magelang—petani cabai Bligo sekarang jual hasil panen pakai sistem lelang terbuka. Katanya sih bikin untung lebih tinggi dan bebas dari tengkulak. Yuk kita bahas bareng tiga tokoh kita!”


DARTO (Analisis):
“Betul, NALA. Menurut laporan Murianews, petani anggota Kelompok Tani Ngudi Rahayu IV menerapkan lelang terbuka setiap hari—cabai ditimbang, disortir, lalu dilelang mulai sore hingga malam. Penawaran tertinggi yang dipilih, dan petani dapat uangnya keesokan harinya setelah pedagang bayar—transparan dan cepat.


Ketua kelompok, Hartoto, menyatakan sistem ini sudah berjalan sejak Februari 2023. Petani biasa dapat selisih harga hingga Rp5.000 per kilogram dibanding metode jual biasa.
Volume cabai yang dilelang bisa mencapai lebih dari 1 ton per hari saat musim panen besar. Ini jelas meningkatkan daya tawar petani dan efisiensi distribusi.”


LALA (Komentar Publik):
“Wah, keren banget ya! Petani bisa dapat harga lebih tinggi, bebas dari tengkulak, dan uangnya cepat cair. Sistem ini juga bikin proses lebih transparan. Ini contoh solutif supaya petani enggak gampang dirugikan oleh perantara. Hebat!”


NALA (Penutup):
“Jadi begini, Sobat Bangsa: sistem lelang harian di Bligo bisa jadi model pemasaran alternatif yang adil dan menguntungkan. Petani dapat harga lebih tinggi, proses transparan, tanpa tengkulak. Kalau menurut kalian, sistem ini perlu ditiru di desa lain juga nggak? Tuliskan komentarmu ya! Sampai jumpa di edisi selanjutnya.”